Langsung ke konten

Langsung ke daftar isi

Terkoneksi!

Terkoneksi!

Terkoneksi!

● Perhatikan skenario rekaan ini. Orang-orang menyebut Sam ketinggalan zaman. Selama bertahun-tahun, ia tidak mau menyentuh teknologi yang baru, sebagai cara untuk bisa tetap kontak dengan keluarga dan sahabat. Semua orang, bahkan anak-anak remaja Sam, mengatakan bahwa mereka ingin memakai teknologi baru itu. Sam bergurau kepada putrinya yang berusia 16 tahun, ”Coba kalau Papa hidup di zaman dulu lagi sewaktu orang-orang bicara bertatap muka!”

Sam lantas mulai mempertimbangkan sikapnya. Ia berpikir tentang orang-orang yang sudah bertahun-tahun tidak ia dengar kabarnya. Ia memikirkan anggota keluarga yang tampaknya sangat sibuk sehingga ia merasa jauh dengan mereka. ’Kalau mau tahu kabar mereka semua,’ kata Sam dalam hati, ’saya mungkin harus mencoba cara yang baru itu.’ Kala itu 1970-an di Indonesia. Sam, yang ketinggalan zaman, akhirnya mulai ingin pasang telepon.

Mari kita percepat skenario ini ke 2012. Natan, cucu laki-laki Sam, baru usai mengobrol lewat telepon dengan sahabat-sahabatnya yang telah pindah ke luar negeri, Robert dan Angela. ’Sudah sepuluh tahun mereka pindah!’ kata Natan dalam hati, kaget akan betapa cepatnya waktu berlalu.

Selama bertahun-tahun, Natan cukup puas dengan sesekali menerima telepon dari keluarga dan sahabat yang telah pindah jauh. Tetapi kini, tampaknya semua orang​—termasuk anak-anak remaja Natan—​menggunakan jejaring sosial untuk tetap kontak.

Orang-orang menyebut Natan ketinggalan zaman karena ia tidak mau mencoba teknologi baru. ”Coba kalau saya hidup di zaman dulu lagi sewaktu orang biasanya ngobrol lewat telepon,” katanya. Tetapi kini, Natan mulai pikir-pikir. ’Kalau mau tahu kabar mereka semua,’ katanya dalam hati, ’saya mungkin harus mencoba cara yang baru itu.’

Pernahkah Anda merasa seperti Natan? Manusia pada dasarnya senang berkomunikasi. (Kejadian 2:18; Amsal 17:17) Mengingat banyak sekali orang melakukannya melalui jejaring sosial, apa yang perlu Anda ketahui tentang teknologi ini?